Karate adalah seni bela diri yang berasal
dari Jepang. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang lewat Okinawa.
Seni bela diri ini pertama kali disebut "Tote” yang berarti seperti
“Tangan China”. Waktu karate masuk ke Jepang, nasionalisme Jepang
pada saat itu sedang tinggi-tingginya, sehingga Sensei Gichin Funakoshi
mengubah kanji Okinawa (Tote: Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi
‘karate’ (Tangan Kosong) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat
Jepang. Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ 空
dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’, berarti ‘tangan'. Yang dua
kanji bersama artinya “tangan kosong”
Asas karate adalah sama. Namun terdapat beberapa jenis gaya karate yang
utama yaitu:
1. Shotokan
2. Goju-Ryu
3. Shito-Ryu
4. Wado-Ryu
5. Kyokushin
Di negara Jepang, organisasi yang mewadahi olahraga Karate seluruh
Jepang adalah Japan Karatedo Federation (JKF). Adapun organisasi
yang mewadahi Karate seluruh dunia adalah WKF (World Karate Federation),
(dulu dikenal dengan nama WUKO - World Union of Karatedo Organizations).
Ada pula ITKF (International Traditional Karate Federation) yang
mewadahi karate tradisional. Adapun fungsi dari JKF dan WKF adalah
terutama untuk meneguhkan Sport Karate yang bersifat Non-Contact,
berbeda dengan aliran Kyokushin atau Daidojuku yang Full Contact.
Latihan dasar karate terbagi tiga seperti berikut:
1. Kihon, yaitu latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik
memukul, menendang dan menangkis.
2. Kata, yaitu latihan jurus atau bunga karate.
3. Kumite, yaitu latihan tanding atau sparring.
Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran
tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri dan teknik tempur sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.
Daftar isi
[sembunyikan]
* 1 Teknik Karate
o 1.1 Kihon
o 1.2 Kata
o 1.3 Kumite
* 2 Pertandingan Karate
o 2.1 Kumite
o 2.2 Kata
o 2.3 Luas Lapangan
* 3 Peralatan Di Dalam Pertandingan Karate
* 4 Sejarah Karate di Indonesia
* 5 Falsafah Karate
* 6 Pranala luar
[sunting] Teknik Karate
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar),
Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan
untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
[sunting] Kihon
Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi.
Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari
Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih)
dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam,
siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
[sunting] Kata
Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate
tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung
pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan
pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat
digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap
Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama
Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata)
tiap aliran juga berbeda.
[sunting] Kumite
Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti "pertemuan tangan". Kumite
dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih).
Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat
pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite)
praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau
yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan
Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa
yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan
untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate
sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip.
Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan
pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri
atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.
[sunting] Pertandingan Karate
Cara bermain
Pertandingan karate dibagi atas dua jenis yaitu :
1. Kumite (perkelahian) putera dan puteri
2. Kata (jurus) putera dan puteri
[sunting] Kumite
Kumite dibagi atas kumite perorangan dengan pembagian kelas berdasarkan
berat badan dan kumite beregu tanpa pembagian kelas berat badan
(khusus untuk putera). Sistem pertandingan yang dipakai adalah
reperchance (WUKO) atau babak kesempatan kembali kepada atlet yang
pernah dikalahkan oleh sang juara. Pertandingan dilakukan dalam satu
babak (2-3 menit bersih) dan 1 babak perpanjangan kalau terjadi seri,
kecuali dalam pertandingan beregu tidak ada waktu perpanjangan.
Dan jika masih pada babak perpanjangan masih mengalami nilai seri,
maka akan diadakan pemilihan karateka yang paling ofensif dan
agresif sebagai pemenang.
[sunting] Kata
Pada pertandingan kata yang diperagakan adalah keindahan gerak dari
jurus, baik untuk putera maupun puteri. Sesuai dengan kata pilihan
atau kata wajib dalam peraturan pertandingan.
Para peserta harus memperagakan kata wajib. Bila lulus, peserta
akan mengikuti babak selanjutnya dimana dia dapat memperagakan
kata pilhan.
Pertandingan dibagi menjadi dua jenis: Kata perorangan dan
Kata beregu. Kata beregu dilakukan oleh 3 orang. Setelah melakukan
peragaan kata, para peserta diharuskan memperagakan aplikasi dari
Kata (bunkai). Kata beregu dinilai lebih prestisius karena lebih
indah dan lebih susah untuk dilatih.
Menurut standar JKF dan WKF, yang diakui sebagai Kata Wajib adalah
hanya 8 Kata yang berasal dari perguruan 4 Besar JKF, yaitu Shotokan,
Wado-ryu, Goju-ryu and Shito-ryu, dengan perincian sebagai berikut:
Shotokan : Kankudai dan Jion.
Wado-ryu : Seishan dan Chinto.
Goju-ryu : Saifa dan Seipai.
Shito-ryu: Seienchin dan Bassaidai.
Karateka dari aliran selain 4 besar tidak dilarang untuk ikut
pertandingan Kata JKF dan WKF, hanya saja mereka harus memainkan
Kata sebagaimana dimainkan oleh perguruan 4 besar diatas.
[sunting] Luas Lapangan
* Lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau matras di atas
panggung dengan ketinggian 1 meter dan ditambah daerah pengaman
berukuran 2 meter pada tiap sisi.
* Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan
menimbulkan bahaya.
Pada Kumite Shiai yang biasa digunakan oleh FORKI yang mengacu
peraturan dari WKF, idealnya adalah menggunakan matras dengan
lebar 10 x 10 meter. Matras tersebut dibagi kedalam tiga warna
yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas
jogai dimana karate-ka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh
batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua
lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga
karate-ka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena
dia bertanding. Sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan
paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif.
[sunting] Peralatan Di Dalam Pertandingan Karate
Peralatan yang diperlukan dalam pertandingan Karate
1. Pakaian Karate (karategi) untuk kontestan
2. Hand Protector (pelindung tangan)
3. Shin Guard (pelindung kaki)
4. Obi (ikat pinggang) untuk kedua kontestan berwarna merah/aka dan biru/ao
5. Alat-alat lain yang diperbolehkan tapi bukan menjadi keharusan adalah:
* Gum Shield (di beberapa pertandingan menjadi keharusan)
* Body Protector untuk kontestan putri
* Groin Protector untuk kontestan putera
5. Pluit untuk arbitrator/alat tulis
6. Seragam wasit/juri
* Baju putih
* Celana abu-abu
* Dasi merah
* Sepatu karet hitam tanpa sol
7. Scoring board
8. Administrasi pertandingan
9. Lampu merah, hijau, kuning sebagai tanda waktu pertandingan
dengan pencatat waktu (stop watch).
Tambahan: Khusus untuk Kyokushin, pelindung yang dipakai hanyalah
groin protector untuk kontestan putra. Sedangkan pelindung yang
lain tidak diperkenankan.
[sunting] Sejarah Karate di Indonesia
Di tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa
Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya bernama
Drs. Baud A.D. Adikusumo(Alm). Beliau adalah seorang karateka
yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan.
Ia mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang
ingin belajar karate, dia mendirikan PORKI
(Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan
cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia).
Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate
di Indonesia.Dan beliau juga pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO)
Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia
yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate
di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran
Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan
Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari
aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga
Karate-Do Indonesia/LEMKARI, yang pada dekade 2005 karena
urusan internal banyak anggota Lemkari yang keluar dan
dipecat yang kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional)
yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate club).
Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju,
tidak kalah dengan LEMKARI.
Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia.
Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan
dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do
Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A.
Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang
didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal
Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa
aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa
tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu
juga tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu
dan SHINDOKA.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia setuju
untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dibawah bimbingan FORKI, para Karateka Indonesia dapat berlaga di forum Internasional terutama yang disponsori oleh WKF.
[sunting] Falsafah Karate
1.Rakka (Bunga yang berguguran) Ia adalah konsep bela diri
atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik
pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap
agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela
diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok,
maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya
jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate
boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas
itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu.
Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup
untuk membela diri.
2.Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air) Konsep ini bermaksud bahwa
untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih
agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal
bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama
air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan
bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu
kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danauitu akan kabur.
Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate
yang termasuk dalam "4 besar JKF" adalah sebagai berikut:
1. Shotokan
Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai
gedung/bangunan - sehingga shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan
Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu karate
dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan
standardisasi dari berbagai perguruan karate di Okinawa yang pernah
dipelajari oleh Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu,
yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan
kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras.
Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi
Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.
2. Goju-ryu
Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan
teknik keras dan teknik lembut, dan merupakan salah satu
perguruan karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah
yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang(setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak teknik-teknik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.
3. Shito-ryu
Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA,
terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu,
yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain.
Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki
17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-ryu
dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung
seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.
4. Wado-ryu
Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni
beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang
yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga
Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik
kuncian persendian dan lemparan/bantingan Jujutsu. DIdalam pertarungan,
ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu
tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat
mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu
seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi,
dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu
menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa
menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.
5. Kyokushin
Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation.
Akan tetapi, aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar
Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia,
terutama pada tahun 1970an. Aliran ini didirikan oleh Sosai
Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran
tertinggi. Aliran ini menganut sistem Budo Karate, dimana
praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full-contact
kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya
dari seni bela diri karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo).
Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai
ujian tertinggi, dimana karateka diuji melakukan 100 kumite
berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan
kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk
melakukan 5-10 kumite berturut-turut..
Senin, 26 Mei 2008
Sejarah Karate
Label:
news.informasi,
olahraga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar